Thursday, December 1, 2016

Seorang Anak yang Berhasil


Seorang Anak yang Berhasil


Disebuah desa hiduplah seorang anak laki-laki bernama Sutino yang saat ini masih berumur 13 tahun. Ia tinggal bersama ibunya Sutiani. Saat ini Sutino duduk di bangku kelas VIII. Mereka tinggal disebuah rumah yang sederhana. Sutino merupakan anak yang sangat rajin dan suka membantu orang lain. Setiap hari ibunya Sutino bekerja sebagai tukang pencuci pakaian. Sutino merasa kasihan terhadap ibunya, yang setiap hari mencari uang untuk membiyayai sekolahnya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari yang lainnya.

Untuk membahagiakan ibunya, Sutino selalu belajar dengan rajin. Terkadang seusai pulang sekolah, Sutino berusaha membantu untuk meringankan beban ibunya. Ia mengumpulkan barang-barang bekas, kemudian menjualnya. Dari hasil yang diperolehnya tersebut, Sutino dapat membeli peralatan sekolah dan sebagian uangnya diberikan kepada ibunya. Tetapi terkadang ibunya tidak mau menerima pemberian uang dari Sutino. Ibunya menyuruh supaya sebagian uangnya ditabung saja. Karena ibunya merasa bahwa, uang dari penghasilan mencuci pakaian itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Walaupun mereka makan dengan lauk-pauk yang sederhana.

Pada pagi hari yang cerah sewaktu Sutino berangkat ke sekolah, ia bertemu dengan seorang kakek tua. Kakek tua itu terlihat seperti orang yang sedang kelaparan. Melihat kakek tua itu Sutino merasa kasihan. Akhirnya Sutino memberikan separuh bekal makanan dan minuman yang dibawanya dari rumah tadi. Sutino merasa senang sekali melihat kakek tua itu makan hingga kenyang. Kemudian Sutino berpamitan kepada kakek tua itu, dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke sekolah. Sewaktu Sutino berpamitan, tidak lupa kakek tua itu mengucapakan terimah kasih dan mendoakannya supaya kelak menjadi anak yang berhasil.

Sesampai di sekolahnya SMPN Sidodadi 2, Sutino langsung menuju ke kelasnya. Disaat pelajaran berlangsung Sutino belajar dengan sangat rajinnya. Ia selalu memerhatikan penjelasan materi yang dijelaskan oleh gurunya. Disaat bel istirahat berbunyi Sutino lebih memilih untuk pergi keperpustakaan sekolah, dari pada ke kantin sekolah. Ia lebih senang membaca buku untuk menambah wawasan ilmunya.
Pada hari minggu Sutino tidak seperti halnya anak-anak yang lainnya. Ia menghabiskan waktu libur sekolahnya dengan kegiatan, membantu orang tuanya untuk membersihkan rumah. Biasanya, pada sore harinya Sutino mengambil air bersih di air terjun yang terletak diatas Bukit. Air bersih itu digunakan untuk air minum dan mandi. Kira-kira jarak dari rumah ke air terjun itu adalah 2km.

Pada pagi harinya, seperti biasa Sutino berangkat ke sekolah untuk mencari ilmu. Kali ini suasananya berbeda dengan hari-hari yang sebelumnya. Sutino berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda. Sepada itu biasanya digunakan ibunya untuk mengantarkan pakaian. Sutino hanya menggunakan sepeda, untuk keperluan yang sangat penting saja.

Ia akan belajar kelompok dirumah temannya, yang terletak jauh dari desa tempat tinggal Sutino. Seusai pelajaran, Sutino dan teman-temannya mulai berangkat belajar kelompok. Tetapi ada masalah yang terjadi ketika Sutino menaiki sepedanya. Ternyata ban sepeda Sutino bocor, dan sepedanya tidak bisa digunakan.
Teman-teman yang sedang bersama Sutino mengira bahwa ini adalah perbuatan Beni dan kawan-kawannya. Sebab Beni dan kawan-kawannya itu selalu saja berbuat tidak baik terhadap Sutino. Tetapi Sutino merasa tanggapan teman-temannya itu salah. Sutino berpikir bahwa, Beni tidak mungkin melakukan hal seperti ini. Sutino dan teman-temannya akhirnya pergi untuk mencari tukang tambal ban. Mereka tidak ingin masalah kecil ini menjadi besar.

Malam harinya, Sutino belajar untuk menghadapi ulangan harian agama besok pagi. Ia ingin mendapatkan nilai yang sangat baik. Supaya ibunya senang karena anak satu-satunya ini bisa menjadi anak yang pandai. Di saat ulangan harian agama telah tiba Sutino dapat mengerjakan jawaban soal dengan mudah. Berbeda dengan Beni yang kelihatannya bingung mencari jawaban soal kesana kemari. Karena kemarin malam Beni tidak belajar, ia menonton televisi hingga larut malam.

Hasil ulangan harian agamapun telah dibagikan. Keinginan Sutinopun tercapai. Ia mendapatkan nilai yang tertinggi dikelas yaitu mendapatkan nilai 100. Beni yang gelisah menunggu pembagian kertas ulangannya karena tidak bisa mengerjakan soal dengan isian yang benar. Ia mendapatkan nilai 68.
Ibu guru menyuruh Beni untuk belajar kepada Sutino. Agar nilai-nilai Beni menjadi lebih baik lagi. Beni tidak mau dengan perintah yang di anjurkan oleh ibu guru, ia membantahnya. Karena Beni menganggap tanpa bantuan Sutinopun ia pasti bisa mendapatkan nilai yang lebih baik. Sesampai dirumah Sutino memperlihatkan hasil ulangannya tadi kepada ibunya. Ibunya sangat senang karena anaknya selalu mendapatkan nilai yang bagus.

Suatu ketika Sutino terpilih untuk mewakili sekolahannya. Ia terpilih untuk mengikuti lomba cerdas cermat tunggal siswa antar SMP, sedesa Sidodadi. Beni yang mendengar berita itu merasa kesal terhadap Sutino. Ia menyindir Sutino bahwa hal itu hanya keberuntungan yang ia dapat sementara saja. Disaat lomba cerdas cermat telah dimulai, dengan percaya dirinya Sutino dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Akhirnya ia mendapatkan juara ke-1 lomba cerdas cermat tunggal siswa antar SMP, sedesa Sidodadi. Ia mendapatkan sebuah piagam dan uang tunai sebesar Rp.500.000,-

Selanjutnya Sutino akan diwakilkankan lagi untuk mengikuti lomba cerdas cermat tunggal siswa antar SMP, sekecamatan Sidodadi. Mendengar hal itu ibunya sangat senang dan bangga terhadap anaknya itu. Sesampai dirumah ibunya membuatkan duacangkir teh untuk diminum bersama anaknya, sebagai peringatan keberhasilan anaknya itu. Walaupun hanya perayaan yang sangat sederhana. Sutino merasa senang sekali, karena bisa membuat ibunya bangga terhadapnya. Tak lupa Bu Sutiani bersyukur atas keberhasilan yang telah diberikan oleh Tuhan YME kepada anaknya itu.

Setelah 1 hari libur sekolah, karena semua guru harus rapat Dinas. Sutino kembali lagi masuk sekolah. Ia mendapat perlakuan yang sangat baik dari teman-temannya dan semua guru-gurunya. Pada waktu pelajaran IPS, ibu guru yang mengajar di ruang kelas Sutino mengatakan. Bahwa, Sutino adalah salah satu murid yang dapat menjadi contoh terbaik untuk siswa yang lainnya.

Disaat cerdas cermat tunggal siswa antar SMP, sekecamatan Sidodadi telah dimulai. Sutino berusaha agar dia bisa membanggakan sekolahannya dan ibunya lagi. Ia sangat-sangat teliti dalam menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh juri. Namun sayangnya hasil usaha Sutino tak seberapa membanggakan. Kali ini ia mendapatkan juara ke-2 dalam rangka lomba cerdas cermat tunggal siswa antar SMP, sekecamatan Sidodadi. Hadiah yang diperolehnya yaitu piagam dan uang tunai sebesar Rp.500.000,-
Bu Sutiani dan Bapak kepala sekolahnya tetap merasa bangga kepada Sutino. Karena masih bisa mendapatkan juara ke-2. Sutino merasa kecewa, tetapi ia tidak akan putus asa atas ketidak berhasilannya untuk menjadi juara ke-1.
Beni mengejek Sutino, “ Kenapa kau ini tidak bisa membanggakan sekolahan kita untuk menjadi juara ke-1? ”

Sutino menjawab “ Mungkin ini adalah nasib yang telah diberikan oleh Tuhan kepadaku, untuk berusaha lagi supaya menjadi anak yang berhasil.”
“ Ach…. Itu paling cuma alasanmu saja!” Beni berbicara dan kemudian meninggalkan Sutino begitu saja tanpa mendengarkan lagi penjelasan dari Sutino.

Suatu hari ketika, disekolahan Sutino diumumkan bahwa, untuk membuat anak-anak penerus bangsa rajin menulis dan membaca. Dinas Pendidikan Surabaya mengadakan suatu kegiatan seperti lomba membuat cerpen. Dengan aturan cerpen yang dibuat bertema membahagiakan orang lain, harus mencapai seribu kata, dan hasil dari karya anak itu sendiri yang membuat cerpen. Pemenang membuat cerpen tersebut, sebelumnya akan diseleksi. Mana cerpen yang paling bagus dan menarik untuk dibaca.

Lomba membuat cerpen itu diadakan untuk anak-anak SD kelas V dan VI dan seluruh siswa SMP, MTS, SMA, dan SMK. Setiap sekolah diambil 1 pemenang cerpen yang terbaik dan cerpen yang lainnya akan dibukukan, kemudian diletakkan di perpustakaan sekolah. Setelah itu akan diseleksi manakah sekolahan yang cerpennya paling terbaik. Dan akan mendapatkan sebuah piagam, uang tunai, dan cerpennya akan diterbitkan diseluruh majalah Surabaya oleh Dinas Pendidikan kota Surabaya.

Mendengar pengumuman itu Sutino berusaha membuat sebuah cerpen yang menarik untuk dibaca. Cerpen itu ia beri judul “ Seorang Anak yang Berhasil ”. Setelah berusaha dan tidak kenal putus asa, akhirnya Sutino adalah pemenang cerpen yang terbaik di sekolahnya. Kemudian cerpen Sutino dan cerpen-cerpen dari sekolahan lainnya diseleksi oleh Dinas Pendidikan kota Surabaya. Sutino tidak menyangka bahwa cerpennyalah yang menjadi pemenang juara ke-1 sekota Surabaya. Mendengar berita tersebut Bu Sutiani langsung jatuh pingsan. Ternyata anaknya itu memang benar-benar berhasil membuat orang tuanya sangat merasa bahagia.

No comments:

Post a Comment